Toraja.News, Ariang –Di tengah tantangan krisis pangan global, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Toraja (KKN-T) UKI Toraja yang ditempatkan di Kelurahan Ariang hadir dengan inovasi ramah lingkungan di sektor pertanian. Mereka memperkenalkan Pupuk Organik Cair (POC) berbahan dasar bongkol pisang sebagai solusi bagi petani yang kesulitan mendapatkan pupuk, terutama pupuk subsidi yang ketersediaannya terbatas dan proses pengurusannya dianggap berbelit-belit.
Tidak hanya itu, mahasiswa juga memperkenalkan pestisida nabati berbahan daun pepaya sebagai alternatif pengendali hama tanaman.
Koordinator KKN-T Kelurahan Ariang, Albert Punaga, menegaskan pentingnya inovasi ini untuk mendukung kemandirian pangan masyarakat.
“Ketahanan pangan adalah salah satu sektor utama dalam mewujudkan kedaulatan bangsa. Negara yang kuat adalah negara yang mampu menyediakan pangannya sendiri. Kehadiran POC Bongkol Pisang dan Pestisida Daun Pepaya diharapkan menjawab keresahan para petani terkait kelangkaan pupuk dan pestisida,” jelas Albert.
Selain memperkenalkan POC dan pestisida nabati, mahasiswa KKN-T juga mengimplementasikan metode bertani vertikultura sederhana. Mereka memanfaatkan bambu dengan nuansa kearifan lokal, serta botol plastik bekas sebagai media tanam. Metode ini dinilai efektif karena tidak membutuhkan lahan luas, namun tetap menghasilkan produktivitas pertanian yang baik. Program tersebut juga sejalan dengan tagline Pemerintah Kabupaten Tana Toraja, “Toraja Masero”.
Albert menambahkan, vertikultura dengan memanfaatkan bahan lokal dan sampah plastik dapat menjadi solusi pertanian perkotaan sekaligus mendukung upaya pengurangan sampah.
Senada dengan itu, Dr. Milka, S.S., M.Pd., menyampaikan apresiasinya atas kontribusi mahasiswa dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
“Keterlibatan generasi muda, khususnya mahasiswa, sangat dibutuhkan. Kontribusi sekecil apapun tetap memberi dampak positif bagi negeri ini,” ujarnya.
Program kerja KKN-T di Kelurahan Ariang yang berfokus pada sektor pertanian ini mendapat sambutan positif dari masyarakat. Tidak hanya petani, warga dengan profesi lain pun menilai metode ini praktis dan bisa diterapkan oleh siapa saja.